Sejak menginjakkan kakinya di bumi Indonesia pada
tahun 1956, penjajah Belanda kurang memperhatikan kesejahteraan golongan
pribumi (orang-orang Indonesia). Mereka terus mengeruk kekayaan alam dan
menindas rakyat Indonesia, tanpa mau memperhatikan nasib rakyat itu sendiri.
Pada akhir abad ke-19, C.Th.van Deventer mengkritik keadaan itu melalui salah
satu karangannya yang berjudul Utang
Budi. C.Th van Deventer antara lain menyetakan bahwa kemakmuran Belanda
diperoleh berkat kerja dan jasa orang Indonesia. Oleh sebab itu, bangsa Belanda
sebagai bangsa yang maju dan bermoral harus membayar utang budi kepada bangsa
Indonesia. Caranya adalah dengan menjalankan Politik Balas Budi atau dikenal dengan sebutan Politik Etis.
Politik Etis yang diuslkan oleh C.Th van Deventer
berisi tentang perbaikan-perbaikan dalam bidang irigasi (pengairan), transmigrasi
(perpindahan), dan edukasi (pendidikan).
Akan tetapi pelaksanaannya tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Hindia
Belanda. Politik Etis sebenarnya merupakan bentuk penjajahan kebudayaan yang
halus sekali. Program edukasi itu sendiri sebenarnya merupakan pelaksanaan dari
Politik Asosiasi yang berarti
penggantian kebudayaan asli tanah jajahan dengan kebudayaan penjajah. Walaupun
menyimpang dari tujuan semula, beberapa pelaksanaan dari Politik Etis telah
membawa pengaruh yang baik. Misalnya, dengan didirikannya sekolah-sekolah untuk
golongan pribumi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh tenaga baru pegawai
rendah yang bersedia digaji lebih murah dari pada tenaga bangsa-bangsa Belanda.
Banyaknya penduduk pribumi yang bersekolah telah menghasilkan kaum cerdik pandai dikalangan penduduk
pribumi. Kaum cerdik pandai inilah yang mempelopori kesadaran kebangsaan, yaitu
suatu kesadaran tentang perlunya persatuan dan kesatuan bangsa. Peristiwa
timbulnya kesadaran berbangsa disebut Kebangkitan
Nasional Indonesia. Kaum cerdik pandai ini pula yang mempelopori dan
memimpin pergerakan nasional pada awal abad ke-20.
Partai
Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia
bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma,
mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada
tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain
Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh
dalam masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi
dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan karena ada
beberapa faktor berikut:
-Adanya kemelut dalam tubuh SI, di
mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam
lokal.
-Adanya disiplin partai dalam SI, di
mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI
terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah
berhasil menyusup dalam tubuh SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI
berkembang pesat. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI
berkembang pesat :
-Propagandanya yang sangat menarik.
-Memiliki pemimpin yang berjiwa
kerakyatan.
-Pandai merebut massa rakyat yang
tergabung dalam partai lain.
-Sikapnya yang tegas terhadap
pemerintah kolonial dan kapitalis.
-Di kalangan rakyat terdapat harapan
bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi
PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas. Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping
organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan
hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa
para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan
yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal
mereka masih melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan
propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam
pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah
Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene
Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat
pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi,
Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya,
PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut:
-Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa
menggerakkan massa.
-PKI sebagai partai massa telah dilarang.
-Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang
bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat
perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional,
dan perbuatan nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang
dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga
antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme. Kongres
Partai Nasional Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30
Mei 1928.
Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut:
1.Susunan program yang meliputi:
-Bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
-Bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran
nasional.
2.Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah
nonkooperasi.
3.Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan
politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan
mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan
koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI
dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya pernyataan
segala potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti
oleh PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen
Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut
ini ada dua jenis tindakan yang dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan
berpengaruh di masyarakat. Dengan mengadakan usaha-usaha dari dan untuk
lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah, bank
dan sebagainya. Dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain
melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di
Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa
dan hal ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap
kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan
penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan
mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot
Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi
hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno
dengan kepiawaiannya melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia
Menggugat”.
Penangkapan terhadap para tokoh
pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai.
Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April
1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro
dan kontra. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju
dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang
didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI
Baru, masih memakai asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Namun
di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal strategi perjuangan. PNI Baru lebih
mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo mengutamakan aksi
massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI
dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo
(BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.
Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
-Menghindari
segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
-Menyatukan
organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia;
dan
-Mengembangkan
persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan
organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut:
-Masing-masing anggota lebih
mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
-Kurangnya kontrol pusat terhadap
aktivitas lokal.
-Perbedaan gaya perjuangan di antara
organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
- Lubis, Nina H. 2008. Metode Sejarah. Bandung. Satya Historika.
- Syam, Firdaus. 2007. Pemikiran Politik Barat (Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta. PT Bumi Aksara.
- Ebenstein, William. 2006. Isme-isme Yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta. Narasi.
- Suseno, Magnis Franz. 2003. Dalam Bayang-bayang Lenin (Enam Pemikir Marxisme Dari Lenin Sampai Tan Malaka). Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
- Vlekke, Bernard H. M. 2008. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta. KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia ).
- Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta. Balai Pustaka.
- Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta. Balai Pustaka.
kurang lengkap boss
BalasHapuskurang lengkap boss
BalasHapus